Apa Sih Dampak Pernikahan Dini bagi Kesehatan Mental?

Dampak Pernikahan DiniPernikahan dini merupakan pernikahan yang di langsungkan sebelum usia yang sesuai aturannya. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, seorang pria dan seorang wanita hanya boleh menikah jika keduanya telah berusia minimal 19 tahun.

Faktor yang mendasari Pernikahan Dini

1. Ekonomi

Seringkali, hal ini terjadi pada perempuan dari latar belakang berpenghasilan rendah. Akibatnya, para orang tua memilih untuk menikahkan putrinya dengan pria yang seringkali lebih tua dan lebih mapan. Selain menurunkan tanggung jawab keuangan, tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup anak.

2. Pendidikan

Kurangnya sosialisasi di kalangan orang tua di pedesaan, terutama jika anak-anak mereka tidak menerima akses yang memadai terhadap wajib sekolah 12 tahun, merupakan faktor lain terjadinya pernikahan dini. Anak akan percaya bahwa menikah dini adalah hal yang wajar akibat kondisi tersebut.

3. Internet dan media

Setiap orang dapat dengan mudah mengakses informasi dan konten dalam format apa pun di era internet yang cerdas dan maju saat ini. Di mulai dengan gambar, video, lalu beralih ke suara, atau podcast. Ada kemungkinan bahwa anak-anak yang mulai memasuki usia remaja akan lebih mudah menjalin hubungan yang tidak sesuai jika orang tua tidak mampu menyaring informasi untuk mereka.

Oleh karena itu, orang tua harus menetapkan pedoman penggunaan teknologi dan akses online oleh anak-anak mereka.

Dampak Pernikahan Dini bagi Kesehatan Mental

Kesan pernikahan muda di lingkungan sekitar mungkin berbeda-beda. Beberapa orang takut bahwa anak-anak mereka akan tumbuh menjadi “perawan tua” atau “bujangan yang tidak terjual” dan percaya bahwa kehidupan pernikahan lebih menyenangkan. Hal ini tentunya membuat sebagian anak ingin menikah dini, dan seringkali orang tua mereka mendorongnya. Padahal pernikahan dini dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, antara lain:

1. Pengaruhnya terhadap tumbuh kembang anak

Meskipun anak membutuhkan lingkungan rumah yang tenang, damai, dan stabil agar merasa aman dan berkembang secara maksimal, namun emosi yang tidak stabil akan berdampak pada pendekatan pengasuhan orang tua.

2. Bagaimana hal tersebut mempengaruhi perasaan individu

Mengambil keputusan untuk menikah berarti siap menghadapi perubahan masyarakat yang di sebabkan oleh hak dan tanggung jawab menjadi seorang istri, suami, ibu, atau ayah. Tidak di ragukan lagi bahwa hal ini mempunyai tugas dan beban yang besar bagi masyarakat.

3. Pengaruh terhadap kesejahteraan fisik

Perkembangan rahim dini dapat menyebabkan rahim rapuh dan sel telur belum matang, sehingga meningkatkan kemungkinan bayi di lahirkan prematur atau mengalami kelainan.

4. Hasil psikologi

Masa remaja yang biasa di sebut dengan “melelehnya identitas diri” merupakan masa transisi yang di tandai dengan ketidakstabilan emosi yang tidak menentu. Kondisi mental yang tidak stabil akan berdampak pada hubungan pasangan; Jika setiap orang tidak bisa mengatur dirinya sendiri, maka akan banyak permasalahan yang muncul dan berujung pada perceraian.

Baca Juga :

***